
faperta.unkhair.ac.id. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Khairun Ternate bekerja sama dengan Ternate Heritage Society (THS) menyelenggarakan Kuliah Lapangan Perencanaan Ekowisata bertempat di kampung wisata Tongole. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan Ekowisata, juga menambah informasi sejarah Mahasiswa tentang Cengkeh Afo II, cengkeh tertua di dunia yang berada di kampung Tongole.
Sebanyak 33 orang mahasiswa yang didampingi oleh seorang dosen pembimbing; Ibu Fadila Tamnge berangkat menuju Tongole dari SPBU Batu Anteru menggunakan Bis. Rombongan di sambut oleh bapak RW, Pak Jauhar dan delapan orang relawan THS. Rombongan mulai menyusuri perkebunan cengkeh dan pala yang diselingi dengan cerita sejarah asal mula kampung Tongole oleh pak Jauhar. Mata air tege-tege menjadi pemberhentian pertama. Mahasiswa melihat langsung beberapa bak penampungan air yang dibuat pada zaman Belanda yang masih berfungsi hingga saat ini. “Air tege-tege masih menjadi sumber mata air yang sangat penting bagi warga Tongole, kurang lebih 100 rumah masih bergantung pada mata air ini, sayangnya debit air sekarang tidak sebesar dulu” ungkap pak Jauhar. Hal ini memberi pelajaran penting bahwa betapa pentingnya menjaga alam yang menjadi tempat manusia menggantungkan hidupnya.

Jalan menanjak menyambut rombongan yang berjalan menuju pemberhentian kedua. Jajaran pohon cengkeh yang berderet rapi menjadi salah satu spot foto favorit peserta jelajah. Pak Jauhar kembali bercerita tentang kawasan tersebut yang pernah menjadi tempat orang-orang terdahulu bermukim yang dibuktikan dengan adanya beberapa makam yang masih bisa ditemukan hingga saat ini. Cengkeh Afo II menjadi pemberhentian selanjutnya. Mahasiswa di ajak langsung menyaksikan Cengkeh tertua di dunia. Cengkeh yang melegenda, yang menjadikan tanah ini rebutan bangsa Eropa. Selanjutnya, Iin Tomaito; relawan THS juga menjelaskan tentang bagaimana pemanfaatan cengkeh dan pala menjadi produk unggul yang dapat membantu perekonomian warga sekitar.
Ekowisata Kampung Tongole menjadi pemberhentian terakhir .Kawasan wisata yang dikelola oleh Cengkeh Afo & Gamalama Spices Community (CAGS) ini juga turut melibatkan warga sekitar. Mahasiswa dapat melihat langsung bagaimana kampung ini dikelola dengan melestarikan alam tanpa merusaknya. Pemanfaatan bambu dalam arsitektur rumah khas Ternate menarik perhatian para mahasiswa. Bambu menjadi material khas dalam ekowisata ini. Hal ini bisa dilihat dari furniture serta perkakas makan yang digunakan seperti sendok, garpu, tempat tissue bahkan sedotan bambu pun bisa ditemui disini. Harapan dengan adanya Ekowisata ini, selain dapat membantu ekonomi warga, hal terpenting yang ingin disampaikan adalah bagaimana kita menjaga alam dan turut serta dalam pelestariannya. “Jika kita bergantung kepada alam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti pentingnya bambu yang digunakan disini, maka secara otomatis, hutan bambu pun akan dijaga” Pak Jauhar menutup ceritanya.