faperta.unkhair.ac.id Rempah rempah menjadi simbol dari kemakmuran petani di Indonesia dan khususnya Moloku Kie Raha beberapa abad silam. Hal ini terbukti dari dokumen sejarah bahwa rempah termasuk komoditi yang berjaya kala itu dan berkontribusi pada perekonomian negara, bahkan meningkatkan PDB Belanda pada tahun 1521. Semua itu bersumber dari rempah-rempah yang ditanam oleh masyarakat yang diatur dengan konsep dagang Belanda di Bagian Timur Indonesia, tepatnya di Moloku Kie Raha (Maluku Utara). Komoditi pertanian yang dibudidayakan petani saat itu yakni pala, cengkih, kayu manis, kenari, sehingga komoditi tersebut sudah familiar oleh petani Maluku Utara sampai saat ini.
Produktivitas komoditi rempah-rempah saat ini dapat dikatakan menurun drastis jika dibandingkan dengan fakta sejarah. Oleh karena itu moment mengembalikan kejayaan rempah yang dirilis kembali beberapa tahun terakhir ini dan menjadi topik khusus dalam setiap event rempah, tentunya tidak sebatas nostalgia. Saat ini fakta dan data ril perkebunan pekebunan pala, cengkih, kayu manis dan yang lain adalah milik pribadi petani. Sedangkan manajemen pengelolaannya hanya sebatas bagaimana bercocok tanam dan menghasilkan (bunga/buah/biji). Kalaupun sampai ke hilirnya, hanya ada upaya UMKM yang penggeraknya pengusaha rumahan dalam skala kecil dan segmen pasar hanya terpusat di Kota Ternate. Artinya bahwa, Investasi modal terbesar perkebunan pala di Maluku Utara terbesar saat ini adalah Petani, kemudian pelaku UMKM. Bagaimana dengan peran pemerintah disini..?? Hal ini tentunya menjadi tanggungjawab bersama, baik institusi terkait, perguruan tinggi dan pegiat serta pelaku bisnis rempah, tentunya membuka ruang dan waktu dalam pengembangan rempah ke depan di Indonesia dan Maluku Utara khususnya.
Ruang dan waktu pada kesempatan kali ini di tahun 2022 adalah kunjungan sekretaris umum Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) Bapak Dr. Ir Ahmad Junaedi, M.Si yang berkesempatan ke Ternate Maluku Utara dan berdiskusi dengan PERAGI Komda Maluku Utara yang diketuai ibu Dr. Rima Melati, SP., MP dalam agenda Bincang Rempah. Agenda ini difasilitasi oleh Dekan Fakultas Pertanian Universitas Khairun (Unkhair) dan sama sama berdiskusi tentang pengemabangan pala dan rempah lain di Maluku Utara. Pertemuan berlangsung pada tanggal 12 April 2022 dari pukul 13.00-15.45 WIT di ruang seminar 2 Fakultas Pertanian Unkhair. Bincang rempah ini selain diikuti beberapa pengurus peragi Komda Maluku Utara (yang keanggotaannya dosen program Studi Agroteknologi. Sekretaris peragi komda Malut ibu Sarni, SP., M.Si, ketua bidang pengembangan sains dan teknologi (Ibu Dr. Ir. Sri Soenarsih), ketua bidang Pengabdian masyarakat dan usaha bersama (Bapak Abd. Rahmat Mandea, SP., MP), ketua bidang hubungan masyarakat dan kerjasama (Dr. Ir Suryati Tjokrodiningrat, M.Si) dan beberapa anggota seperti Dr. Zauzah Abdullatif, SP., M.Si, Dr. Sofyan Samad, SP., M.Si, Hayun Abdullah SP., MP, Sugeng Haryanto, SP., MP dan Sartika Syafie SP., M.Si. Diskusi tentang pengembangan pala dan cengkih dari aspek akademisi dan kontribusi Fakultas Pertanian juga menjadi point penting dalam diskusi kali ini, dan sumber data lain tentang rempah juga diulas oleh Ir. Lily Ishak pHd, Bapak Dr Buhari Umasugi, SP., M.Sc dan ibu Dr. Ir. Tri Mulya Hartati, M.Sc selaku dosen program studi Ilmu Tanah dan Ibu Mardiyani Sidayat, SP., MA dari program studi Agribisnis.

Diskusi diawali dengan penyampaian data dan fakta pala di Maluku Utara oleh Bpk Ahmad Junaedi dan dilanjutkan dengan diskusi tentang pala ke depan. Point penting dari hasil bincang rempah : 1) Maluku Utara saat ini dalam posisi provinsi penghasil rempah terbesar dari seluruh propinsi lain dari aspek luas lahan, namun berbanding terbalik dengan jumlah produksi dan produktivitas, karena masih banyak lahan pala yang dalam fase pertumbuhan awal yang dikategorikan tanaman belum menghasilkan. 2) Pengembangan pala ke depan harus melibatkan semua stekholder, baik pemerintah, perguruan tinggi, petani, dan peran swasta.3) Perguruan tinggi sangat berperan dalam pengembangan pala di Maluku Utara dari berbagai hasil riset berupa pola pikir petani pala, perbenihan dan varitas unggul, sistem pola tanam, alur pasar ekspor rempah dan produk turunan pala, 4) Pandangan tentang konsep mengembalikan rempah harus terpusat di Maluku Utara dengan menyediakan informasi genom pala, indikasi geografis pala, pusat pendidikan rempah, kebun rempah dalam skala luas, alur eksport rempah, sehingga konsep pala dunia harus berkiblat di Maluku Utara. 5) Rempah dunia harus berada di Indonesia yang terpusat di Maluku Utara akan terealisasi, dengan mensinergikan antar perguruan tingggi (IPB-Unkhair) yang melibatkan peran Perhinpunan Agronomi Indonesia dalam menentukan konsep, petunjuk teknis dan standar berbasis international kepada pemerintah.
Semoga dengan bincang singkat ini menjadi catatan dalam agenda pertemuan nasional mendatang, sehingga dapat melahirkan konsep baru dalam mengambalikan kejayaan rempah Indonesia yang menguasai rempah dunia. Terima kasih. @humasFP
Penulis : Rima Melati (Ketua Komda Peragi Maluku Utara – Dosen Faperta Unkhair)